Dibandingkan negara lain di Asia, tingkat kesadaran warga untuk berinvestasi di Indonesia masih rendah. Tingginya suku bunga membuat deposito masih menjadi primadona, kalau tidak melalui logam mulia, yakni emas.
Hal tersebut terungkap dalam sebuah survei yang dilakukan Nielsen terhadap 4.408 orang kaya dari delapan negara di Asia, seperti Hongkong, Indonesia, India, China, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Australia.
Selama Maret-Mei 2011, survei dilakukan kepada responden yang mewakili 10 persen orang yang memiliki aset paling banyak di negaranya masing-masing. Salah satunya mengenai penempatan aset orang kaya di Indonesia.
Berdasarkan survei tersebut, deposito mendominasi alokasi uang mereka, yakni 84 persen, sementara investasi saham maupun reksa dana masih rendah atau sekitar 16 persen. Bila dibandingkan dengan Malaysia, persentase investasi sudah mencapai 47 persen atau Australia yang lebih banyak dialokasikan untuk investasi sebesar 52 persen.
Pada bagan mengenai komponen investasi, Indonesia unggul soal investasi logam mulia. Hal itu terlihat sewaktu dibandingkan dengan Australia, Malaysia, Taiwan, maupun Hongkong. Dibandingkan saham maupun reksa dana yang punya alokasi kurang dari 5 persen, pembelanjaan orang Indonesia untuk logam mulai mencapai 12 persen.
Survei tersebut diungkapkan oleh HSBC sebagai bagian dari seminar Economic Outlook 2012 di Bandung, Jawa Barat, Senin (6/2/2012).
Dalam seminar yang bakal menghadirkan Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani dan Head of Wealth Management HSBC Steven Suryana ini akan mengampanyekan optimisme berinvestasi di negara Asia, khususnya Indonesia.
Menurut Steven, meski Indonesia masih kurang berkembang dalam investasi menurut survei tersebut, ada bagan yang menunjukkan bahwa nasabah mereka sangat tertarik memindahkan uang mereka dari deposito ke investasi. Ketertarikan tersebut juga dibarengi keingintahuan mengenai cara-cara berinvestasi.
”Kami pun berkesimpulan bahwa nasabah di Indonesia mulai melek dan hanya butuh diberikan pembelajaran saja,” ujarnya.
Editor: Hendra Gunawan | Sumber: Kompas.com